PEMBELAJARAN
TEMATIK
Istilah
dan Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarakan tema-tema tertentu.
Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu jenis atau
tipe dari model pembelajaran terpadu.
Istilah pembelajaran tematik pada
dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa (Departemen Pendidikan Nasional, 2006: 5).
Istilah
model pembelajaran terpadu sebagai konsep sering dipersamakan dengan integrated teaching and learning, integrated
curicculum approach, a coherent curriculum approach. Jadi berdasarkan
istilah tersebut, maka pembelajaran terpadu pada dasarnya lahir salah satunya
dari pola pendekatan kurikulm terpadu (integrated curriculm approach).
Landasan
pembelajaran Tematik
Menurut
Winarni (2007: 3), landasan pembelajaran tematik ada 3 yaitu:
a.
Landasan
folosofi
1. Progresivisme
Proses pembelajaran perlu ditekankan
pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alami
(natural), dan memperhatikan pengalaman siswa.
2. Kontruktivisme
Anak mengkontruksikan pengetahuannya
melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannnya.
3. Humanisme
Melihat siswa dari segi keunikan atau
kekhasannaya, potensi, motivasi yang dimilikinya.
b.
Landasan
psikologis
1. Psikologi
perkembangan untuk menentukan tingkat kekhasan dan kedalamnya isi sesuai dengan
tahap perkembangan peserta didik.
2. Psikologi
belajar untuk menentukan bagaimana isi materi pelajaran disampaikan kepada
siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.
c.
Landasan
Yuridis
UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional.
Karakteristik pembelajaran Tematik
Menurut Depdikbud (1996) dalam sugiyanto
(2007: 101-102) pembelajaran tematik sebagai suatu proses mempunyai beberapa
karaktersitik:
a. Holistik
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi
pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa
bidang sekaligus, tidak terkotak-kotak.
b. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dengan banyak
membentuk jalinan antara konsep-konsep yang berhubungan menghasilkan skemata.
c. Otentik
Pembelajaran tematik memungkinkan siswa
memahami secara langsung prinsip dan konsep melalui kegiatan belajar secara
langsung.
d. Aktif
Pembelajaran tematik menekankan keaktifan siswa
dalam pembelajaran.
Prinsip
Dasar Pembelajaran Tematik
Secara
umum prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi: (1)
prinsip pengggalian tema; (2) prinsip pengelolahan tema; (3) prinsip evaluasi;
dan (4) prinsip reaksi.
a. Prinsip Penggalian Tema
Prinsip
penggalian merupakan prinsip utama dalam pembelajaran tematik. Artinya
tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama
dalam pembelajaran.
b. Prinsip pengelolaan pembelajaran
Menurut
Prabowo (2000), bahwa dalam pengelolahan pembelajaran hendaklah guru berlaku
sebagai berikut:
1. Guru
hendaknya jangan jadi single actor
yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar;
2. Pemberian
tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerja sama atau kelompok;
3. Guru
perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam perencanaan.
c. Prinsip Evaluasi
Dalam
melaksanakan evaluasi pembelajaran tematik, maka diperlukan beberapa langkah:
1. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation atau self
assessment) disamping bentuk evaluasi lainnya;
2. Guru
perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah
dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
d. Prinsip Reaksi
Guru
harus bereaski terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan
aspek yang sempit tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh dan bermakna.
Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan
kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak
pengiring tersebut.
Arti penting pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik, sebagai model pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun kompetensi
peserta didik, antara lain: pertama,
pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses
belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan berbagai pengetahuan
yang dipelajari. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh psikologi Gestalt,
termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan
berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Kedua,
pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil
melakukan sesuatu (learning by doing)
oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang memengaruhi
kebermaknaan belajar siswa.
Pelaksanaan
pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat
yaitu:
1. Dengan
menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran
akan terjadi penghematan, karena tumpang-tindih materi dapat dikurangi bahkan
dihilangkan;
2. Siswa
mampu melihat hubungan yang bermakna sebab isi atau materi pembelajaran lebih
berperan sebagai sarana atau alat bukan tujuan akhir;
3. Pembelajaran
menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi
yang tidak terpecah-pecah; dan
4. Debgan
adanya pemanduan antar-mata pelajaran, maka penguasaan konsep akan semakin baik
dan meningkat.
Pembelajaran
tematik dalam kenyataannya memiliki beberapa kelebihan seperti pembalajaran
terpadu. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan (1996), pembelajaran
terpadu memiliki kelebihan sebagai berikut:
1.
Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan
dengan tingkat perkembangannya.
2.
Kegiatan yang dipilih sesuai dengan
minat dan kebutuhan anak.
3.
Kegiatan belajara bermakna bagi anak,
sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
4.
Keterampilan berpikir anak berkembang
dalam proses pembelajaran terpadu.
5.
Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis
sesuai lingkungan anak.
6.
Keterampilan sosial anak berkembang
dalam proses pembelajaran terpadu.
Selain
kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan,
terutama dalam pelaksanaanya, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi
yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak
hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung (Indrawati, 2009: 24).
Klasifikasi
Pengintegrasian Tema
Suatu kurikulum pada dasarnya dapat dilakukan pola
pengintegrasian materi atau tema tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga
klasifikasi pengintegrasian kurikulum, yakni:
pertama, pengintegrasian di
dalam satu disiplin (interdisiplin) ilmu; kedua,
pengintegrasian beberapa disiplin (antar disiplin) ilmu; ketiga, pengintegrasian di dalam dan beberapa disiplin (inter dan
antar disiplin) ilmu.
a. Pengintegrasian di Dalam Suatu
Disiplin Ilmu
Model
pengintegrasian di dalam satu disiplin ilmu merupakan model kurikulum yang menautkan
dua atau lebih bidang ilmu yang serumpun. Misalnya di bidang ilmu alam,
menautkan antara dua tema dalam fisika dan biologi. Jadi sifat perpaduan dalam
model ini adalah hanya dalam satu rumpun di bidang ilmu saja (interdisipliner).
b. Pengintegrasian Beberapa Disiplin
Ilmu
Model
ini adalah model kurikulum yang menautkan antar disiplin ilmu yang berbeda.
Misalnya antar tema yang ada dalam bidang ilmu sosial dan bidang ilmu alam.
Contoh, tema energi merupakan tema yang dapat dikaji dari bidang ilmu yang
berbeda baik dalam bidang ilmu sosial (kebutuhan energi dalam masyarakat)
maupun dalam bidang ilmu alam (bentuk-bentuk energi dan teknologi). Jadi dengan demikian
jelas, bahwa dalam model ini suatu tema tersebut dapat dikaji dari dua sisi
bidang ilmu yang berbeda (antar-disiplin ilmu).
c. Pengintegrasian di Dalam Satu dan
Beberapa Displin Ilmu
Model
ini merupakan model kurikulum yang paling kompleks karena menautkan
antardisiplin ilmu yang serumpun sekaligus bidang ilmu yang berbeda. Misalnya
tema yang ada dalam bidang ilmu sosial, bidang ilmu alam, teknologi maupun ilmu
agama. Contoh: tema rokok merupakan tema yang dapat dikaji dari berbagai ilmu
yang berbeda. Di bidang ilmu sosial dapat dikaji dampak sosial merokok dalam
masyarakat (sosiologi), aspek pembiayaan ekonomi bagi perokok (ekonomi). Dalam
bidang ilmu alam, dapat dikaji bahaya rokok bagi kesehatan (biologi), kandungan
kimiawi rokok ( kimia), unsur radioaktif (radon)
dalam daun tembakau (fisika). Adapun dalam ilmu agama dapat dikaji bahwa rokok
merupakan perbuatan yang sia-sia (makruh hukumnya).
Jadi
dengan demikian, tampak jelas, bahwa
dalam model ini suatu tema tersebut dapat dikaji dari dua sisi, yaitu dalam satu
bidang ilmu (interdisiplin) maupun dari bidang ilmu yang berbeda (antardisiplin
ilmu)
Ragam
Model Pembelajaran Terpadu Berdasarkan Tema
Berdasarkan
pola pengintegrasian tema, Fogarty (1991: XV), mengemukakan bahwa terdapat
sepuluh model pembelajaran terpadu, yaitu: (1) the fragmented model (model tergambarkan), (2) the connected model (model terhubung), (3) the nested model (model tersarang), (4) the squenced model (model terurut), (5) the shared model (model terbagi), (6) the webbed model (model terjaring), (7) the threaded model (model tertali), (8) the integrated model (model terpadu), (9) the immersed model (model terbenam), dan (10) the network model (model jaringan).
Nama model
|
Deskripsi
|
Kelebihan
|
kekurangan
|
Terpisah (fragmented)
|
Berbagai disiplin ilmu yang berbeda
dan saling terpisah.
|
Adanya kejelasan dan pandangan yang terpisah
dalam suatu mata pelajaran.
|
Keterhubungan menjadi tidak jelas.
Lebih sedikit transfer pembelajaran.
|
Keterkaitan/keterhubungan
(connected)
|
Topik-topik dalam satu disiplin ilmu
berhubungan satu sama lain.
|
Konsep-konsep utama saling terhubung,
mengarah pada pengulangan (review),
rekonseptualisai, dan asimilasi gagasan-gagasan dalam suatu disiplin.
|
Disiplin-disiplin ilmu tidak berkerkaitan;
konsep tetap berfokus pada satu disiplin ilmu.
|
Berbentuk
sarang atau kumpulan (nested)
|
Keterampilan-keterampilan-keterampilan
sosial, berpikir dan konten (content
skill) dicapai di dalam satu mata pelajaran (subject area)
|
Memberi perhatian pada berbagai mata
pelajaran yang berbeda dalam waktu yang bersamaan, memperkaya dan memperluas
pembelajaran.
|
Pelajar dapat menjadi binggung dan
kehilangan arh mengenai konsep-konsep utama dari suatu kegiatan atau
pelajaran.
|
Dalam suatu
rangkaian
|
Persamaan-persamaan yang ada diajarkan
secara bersamaan meskipun termasuk ke dalam mata pelajaran yang berbeda.
|
Memfasilitasi transfer pembvelajaran
melintas beberapa mata pelajaran.
|
Membutuhkan kolaborasi yang terus-menerus
dan kelenturan (fleksibilitas) yang tinggi karena guru-guru memiliki lebih
sedikit otonomi untuk menguatkan (merancang) kurikulum.
|
Terbagi (shared)
|
Perencanaan tim atau pengajaran yang
melibatkan dua displin difokuskan pada konsep, keterampilam, dan sikap-sikap
(attitudes) yang sama.
|
Terdapat pengalaman-pengalaman
intruksional bersama; dengan dua orang
guru di dalam suatu tim, akan lebih
mudah berkolaborasi.
|
Membutuhkan waktu, kelenturan,
komitmen, dan kompromi.
|
Berbentuk
jaring laba-laba
|
Pengajaran tematis, menggunakan suatu
tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran.
|
Dapat memotivasi murid-murid; membantu
murid-murid untuk melihat keterhubungan antar gagasan.
|
Tema yang digunakkan harus dipilih
secara baik-baik secara selektif agar menjadi berarti; juga relevan dengan
konten.
|
Dalam satu
alur (threaded)
|
Ketermapilan-keterampilan sosial
berpikir, berbagi jenis kecerdasan, dan keterampilan belajar direntangkan
melalui berbagai disiplin
|
Murid-murud memelajari cara mereka
belajar; memfasilitasi transfer pembelajaran selanjutnya.
|
Disiplin-disiplin ilmu yang
bersangkutan tetap terpisah satu sama lain.
|
Terpadu
integreted
|
Dalam berbagai prioritas yang tumpang
tindih dalam berbagai displin ilmu,
dicari keterampilan konsep dan sikap yang sama.
|
Mendorong murid-murid untuk melihat
keterkaitan diantara displin-displin ilmu
; murid-murid termotivasi dengan
melihat berbagai keterkaitan tersebut.
|
Membutuhkan tim antardepartemen yang
memiliki perencanaan dan waktu pengajaran yang sama.
|
Immersed
|
Pelajar memadukan apa yang dipelajari
dengan cara memandang seluruh pengajaran melalui perpektif bidang yang
disukai (area of interest)
|
Keterpaduan berlangsung di dalam
pelajar itu sendiri.
|
Dapat mempersempit fokus pelajar
tersebut.
|
Membentuk
jejaring (networked)
|
Pelajar melakukan proses pemanduan
topik yang dipelajari melalui pemilihan jejaring pakar dan sumber daya.
|
Bersifat proaktif pelajara
terstimulasi oleh informasi, keterampilan, atau konsep-konsep baru.
|
Dapat memecah perhatian pelajar,
upaya-upaya menjadi tidak efektif.
|
Menurt Prabowo (2003:
3), dari kesepuluh tipe tersebut ada tiga model yang dipandang layak untuk
dikembangkan dan mudah dilaksanakan pada pendidikan formal (pendidikan dasar).
Ketiga model ini adalah model keterhubungan (connected), model jaring laba-laba (webbed), dan model keterpaduan (integrated).
a.
Model keterhubungan (connected)
1.
Pengertian
Fogarty
(dalam Prabowo, 2002) mengemukakan bahwa model terhubung (connected) merupkan model integrasi inter bidang studi. Model ini
secara nyata mengorganiosasikan atau mengintegrasikan satu konsep,
keterampilan, dan kemampuan yang ditumbuh kembangkan dalam suatu pokok bahasan
atau sub pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau
kemampuan pada pokok bahasan lain, dalam suatu bidang studi.
2.
Keunggulan dan kelemahan
Hadisubroto
(2000), juga mengemukkan keunggulan dan kelemahan model connected. Keunggulannya adalah (a) dengan adanya hubungan atau
kaitan antara gagasan di dalam satu bidang studi, siswa mempunyai gambaran yang
lebih komprehensif dari beberapa aspek tertentu mereka pelajari secara lebih
mendalam; (b) konsep-konsep kunci dikembangkan dengan waktu yang cukup sehingga
lebih dapat dicerna oleh siswa; (c) kaitan-kaitan dengan sejumlah gagasan di
dalam satu bidang studi memungkinkan siswa untuk dapat mengkonseptualisasi kembali
dan mengasimilasi gagsan secara bertahap; dan (d) pembelajaran terpadu model
terhubung tidak mengganggu kurikulum yang sedang berlaku.
Kelemahan
model ini adalah berbagai bidang studin masih tetap terpisah dan tampak tidak
ada hubungan-hubungan itu disusun secara eksplisit di dalam satu bidang studi.
b.
Model Jaring Laba-laba (webbed)
1. Pengertian
Pembelajaran terpadu model webbed adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini dimulai dengan menentukkan
pendekatan tertentu.
2. Kelebihan
dan kelemahan
Kelebihan dari model jaring laba-laba (webbed) meliputi (a) penyeleksian tema
sesuai dengan minat akan memotivasi anak untuk terus belajar, (2) lebih mudah
dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman, (3) memudahkan perencanaan; (4)
pendekatan tematik dapat memotivasi siswa; dan (5) memberikan kemudahan bagi
anak didik dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.
Selain kelebihan yang dimiliki, model webbed
juga memiliki kekurangan antara lain: (a) sulit dalam menyeleksi tema; (b)
cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal, (c) dalam pembelajaran, guru
lebih memusatkan perhatian pada kegiatan daripada pengembangan konsep.
c.
Model keterpaduan (integrated)
1. Pengertian
Model ini merupakan pembelajaran terpadu
yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan
cara mengabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan
menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam
beberapa bidang studi.
2. Kelebihan
dan kelemahan
Tipe integreted
(keterpaduan) memiliki kelebihan yaitu (a) adanya kemungkinan pemahana antar
bidang studi, karena dengan memfokuskan isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan
sosial dan ide-ide penemuan lain, satu pelajaran banyak mencakup banyak dimensi
sehingga pembelajaran siswa menjadi semakin kaya dan berkembang; (b) memotivasi
siswa dalam belajar. Kekurangan tipe
integrated antara lain: terletak pada guru, yaitu guru harus mempunyai
konsep, sikap, dan keterampilan yang diprioritaskan, (2) penerapannya, yaitu sulit
menerapkan tipe ini secara penuh.