Assalamu'alaikum wr.wb

Selasa, 06 Desember 2016

Teori Pembelajaran Multiple Intelligence

Teori Multiple Intelegence
Beragam jenis kecerdasan yang dapat menonjol pada diri individu inilah yang dikenal Multiple Intelligences atau kecerdasan Majemuk. Multiple Intelligences adalah sebuah teori kecerdasan yang dimunculkan oleh Howard Gardner, seorang pakar psikologi perkembangan dan profesor pada Universitas Harvard dari Project Zero (kelompok riset) pada tahun 1983. Hal yang menarik dari teori kecerdasan ini adalah terdapat usaha untuk melakukan redefinsi kecerdasan. Sebelum muncul teori multiple intelligences, teori kecerdasan lebih cenderung diartikan secara sempit. Kecerdasan seseorang lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya menyelesaikan serangkaian tes IQ, kemudian tes itu diubah menjadi angka standar kecerdasan. Gardner berhasil mendobrak dominasi teori dan tes IQ yang sejak 1905 banyak digunakan oleh pakar psikolog di seluruh dunia (Chatib, 2010).
 Sangat berbeda definisi kecerdasan yang dibuat Gardner dengan definisi kecerdasan yang telah berlaku sebelumnya. Dalam bukunya yang berjudul Frames Of Mind, The Theory of Multiple Intelligences Gardner mengatakan bahwa “Intelligences is the ability to solve problems, or to createproducts, that are valued within one or more cultural” (Gardner, 1983). Menurut Gardner kecerdasan seorang tidak diukur dari hasil tes psikologi standar, namun dapat dilihat dari kebiasaan seseorang menyelesaikan masalahnya sendiri (problem solving) dan kebiasaan seseorang menciptakan produk-produk baru yang mempunyai nilai budaya (creativity). Mula-mula Gardner menemukan (mengemukakan) 7 jenis kecerdasan, kemudian mengembangkannya menjadi 8 dan membahas kemungkinan kecerdasan yang ke- 9. Sembilan Kecerdasan tersebut adalah (1) kecerdasan linguistik-verbal, (2) matematis-logis, (3) visual-spasial, (4) kinestik-badani, (5) musikal, (6) interpersonal, (7) intrapersonal, (8) naturalis, dan (9) eksistensial.
            Berdasarkan pandangan ini setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, tidak hanya cerdas dalam berhitung dan berbicara saja. Dalam hal ini seorang pendidik (guru) dituntut untuk mengetahui kecerdasan siswa dan dapat membantu siswa mengembangkan kecerdasannya. Dalam implikasinya dipersekolahan, teori ini menuntut adanya kurikulum yang beragam, yang dikembangkan sesuai kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa.
            Implementasi teori MI dalam pembelajaran adalah dengan mengembangkan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk oleh guru di dalam kelas. Artinya, dalam pembelajaran di dalam kelas, setidak-tidaknya seorang guru harus mampu “masuk” atau memulai mengajar para siswanya melalui “pintu-pintu” kecerdasan yang dimiliki para siswanya. Hal ini memungkinkan terwujudnya suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran. Dengan demikian guru dituntut untuk dapat mengembangkan kreativitasnya dalam mengembangkan pembelajaran yang variatif sehingga dapat menyajikan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa.
            Amstrong (2002) salah seorang pakar dibidang Multiple Intelligences mengatakan bahwa teori kecerdasan majemuk memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatuf baru dalam dunia pendidikan.
B. Landasan Teoritis Multiple Intelligences
            Teori kecerdasan majemuk atau multiple intelligences memiliki landasan pengkategorian:
a.       Letak dalam otak
b.      Adanya bukti personalitas
c.       Tiap kecerdasan memiliki waktu kemunculan dan perkembangan.
d.      Tiap kecerdasan memiliki rangkaian cara kerja dasar.
C. Konsep dan Jenis-jenis kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)
            Teori Multiple Intelligences (MI) dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai kecerdasan majemuk (dalam kata lain: kecerdasan Jamak atau kecerdasan Ganda) adalah teori yang dicetuskan oleh Howard Gardner.
            Kecerdasan menurut Gardner diartikan sebagai suatu kemampuan, dengan proses kelengkapannya, yang sanggup menangani kandungan masalah yang spesikfik di dunia
Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur
1.      Kecerdasan Linguistik-Verbal (Verbal-Linguistic)
Kecerdasan bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan pengunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Peserta didik seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi.
2.      Kecerdasan Matematis-Logis
Kecerdasan matematika-logika menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir, peserta didik dengan kecerdasan matematik (logika) tinggi cenderung melakukan kegiatan analisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptual. Peserta didik seperti ini juga cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut.
3.      Kecerdasan Visual-Spasial (Visual-Spasial)
Kecerdasan visual-spasial menunjukkan kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang.
4.      Kecerdasan Kinestik-Badani (Bodily-Kinesthetic)
Kecerdasan kinentestik menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya utuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah.
5.      Kecerdasan Musikal (Musical)
Kecerdasan musikal yaitu kemampuan seseoreang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal yang berada disekelilingnya, termasuk nada dan irama. Peserta didik jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah. Mereka juga lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik.
6.      Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain, mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan disekelilingnya. Kecerdasan semacam ini juga sering disebut kecerdasan sosial.
7.      Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal yaitu kemampuan sesorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri, dan dapat membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan mengarahkan orang.
8.      Kecerdasan Naturalis (Naturalist)
Kecerdasan naturalis menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam. Peserta didik dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam. 
9.      Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan eksistensial pada tahun 1999, kecerdasan ini memiliki ciri-ciri yaitu cenderung mempertanyakan segala seuatu tentang keberadaan manusia, arti kehidupan mengapa manusia mengalami kematian, dan realitas yang dihadapi.
D. poin-poin kunci dan Tabel Teori multiple intellegences.
Dalam konsep teori multiple intelligences, penting untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan, hanya saja profil tiap orang mungkin berbeda. Ada yang tinggi pada semua jenis kecerdasan ada pula yang hanya rata-rata dan tinggi pada dua atau tiga jenis kecerdasan.
2.      Orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai; kecerdasan dapat distimulasi, dikembangkan pada batas tertinggi melalui pengayaan, dukungan yang baik, dan pengajaran.
3.      Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks. Dalam aktivitas sehari-hari, kecerdasan saling berkaitan dalam satu rangkaian.

4.      Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori.