Teori
Multiple Intelegence
Beragam
jenis kecerdasan yang dapat menonjol pada diri individu inilah yang dikenal Multiple Intelligences atau kecerdasan
Majemuk. Multiple Intelligences
adalah sebuah teori kecerdasan yang dimunculkan oleh Howard Gardner, seorang
pakar psikologi perkembangan dan profesor pada Universitas Harvard dari Project Zero (kelompok riset) pada tahun
1983. Hal yang menarik dari teori kecerdasan ini adalah terdapat usaha untuk
melakukan redefinsi kecerdasan. Sebelum muncul teori multiple intelligences, teori kecerdasan lebih cenderung diartikan
secara sempit. Kecerdasan seseorang lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya
menyelesaikan serangkaian tes IQ, kemudian tes itu diubah menjadi angka standar
kecerdasan. Gardner berhasil mendobrak dominasi teori dan tes IQ yang sejak
1905 banyak digunakan oleh pakar psikolog di seluruh dunia (Chatib, 2010).
Sangat berbeda definisi kecerdasan yang dibuat
Gardner dengan definisi kecerdasan yang telah berlaku sebelumnya. Dalam bukunya
yang berjudul Frames Of Mind, The Theory of Multiple Intelligences Gardner
mengatakan bahwa “Intelligences is the
ability to solve problems, or to createproducts, that are valued within one or
more cultural” (Gardner, 1983). Menurut Gardner kecerdasan seorang tidak
diukur dari hasil tes psikologi standar, namun dapat dilihat dari kebiasaan
seseorang menyelesaikan masalahnya sendiri (problem
solving) dan kebiasaan seseorang
menciptakan produk-produk baru yang mempunyai nilai budaya (creativity). Mula-mula Gardner menemukan
(mengemukakan) 7 jenis kecerdasan, kemudian mengembangkannya menjadi 8 dan
membahas kemungkinan kecerdasan yang ke- 9. Sembilan Kecerdasan tersebut adalah
(1) kecerdasan linguistik-verbal, (2) matematis-logis, (3) visual-spasial, (4)
kinestik-badani, (5) musikal, (6) interpersonal, (7) intrapersonal, (8)
naturalis, dan (9) eksistensial.
Berdasarkan pandangan ini setiap anak memiliki kecerdasan
yang berbeda-beda, tidak hanya cerdas dalam berhitung dan berbicara saja. Dalam
hal ini seorang pendidik (guru) dituntut untuk mengetahui kecerdasan siswa dan
dapat membantu siswa mengembangkan kecerdasannya. Dalam implikasinya
dipersekolahan, teori ini menuntut adanya kurikulum yang beragam, yang
dikembangkan sesuai kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa.
Implementasi teori MI dalam pembelajaran adalah dengan
mengembangkan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk oleh guru di dalam kelas.
Artinya, dalam pembelajaran di dalam kelas, setidak-tidaknya seorang guru harus
mampu “masuk” atau memulai mengajar para siswanya melalui “pintu-pintu”
kecerdasan yang dimiliki para siswanya. Hal ini memungkinkan terwujudnya
suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran. Dengan demikian guru dituntut
untuk dapat mengembangkan kreativitasnya dalam mengembangkan pembelajaran yang
variatif sehingga dapat menyajikan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
kecerdasan yang dimiliki oleh siswa.
Amstrong (2002) salah seorang pakar dibidang Multiple Intelligences mengatakan bahwa
teori kecerdasan majemuk memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran
inovatif yang relatuf baru dalam dunia pendidikan.
B.
Landasan Teoritis Multiple Intelligences
Teori kecerdasan majemuk atau multiple intelligences memiliki landasan pengkategorian:
a.
Letak dalam otak
b.
Adanya bukti personalitas
c.
Tiap kecerdasan memiliki waktu
kemunculan dan perkembangan.
d.
Tiap kecerdasan memiliki rangkaian cara
kerja dasar.
C.
Konsep dan Jenis-jenis kecerdasan Majemuk (Multiple
Intelligences)
Teori Multiple
Intelligences (MI) dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai kecerdasan majemuk (dalam kata lain:
kecerdasan Jamak atau kecerdasan Ganda) adalah teori yang dicetuskan oleh
Howard Gardner.
Kecerdasan menurut Gardner diartikan sebagai suatu
kemampuan, dengan proses kelengkapannya, yang sanggup menangani kandungan
masalah yang spesikfik di dunia
Menurut
Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur
1. Kecerdasan Linguistik-Verbal
(Verbal-Linguistic)
Kecerdasan
bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata,
baik secara tertulis maupun lisan, peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang
tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan
dengan pengunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi,
menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Peserta didik seperti ini juga
cenderung memiliki daya ingat yang kuat. Mereka cenderung lebih mudah belajar
dengan cara mendengarkan dan verbalisasi.
2. Kecerdasan Matematis-Logis
Kecerdasan
matematika-logika menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir menurut aturan
logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah
dengan menggunakan kemampuan berpikir, peserta didik dengan kecerdasan
matematik (logika) tinggi cenderung melakukan kegiatan analisis dan mempelajari
sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berpikir secara konseptual.
Peserta didik seperti ini juga cenderung menyukai aktivitas berhitung dan
memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila
kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari
jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut.
3. Kecerdasan Visual-Spasial
(Visual-Spasial)
Kecerdasan
visual-spasial menunjukkan kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih
mendalam hubungan antara objek dan ruang.
4. Kecerdasan Kinestik-Badani
(Bodily-Kinesthetic)
Kecerdasan
kinentestik menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan
bagian-bagian atau seluruh tubuhnya utuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai
masalah.
5. Kecerdasan Musikal (Musical)
Kecerdasan
musikal yaitu kemampuan seseoreang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal
yang berada disekelilingnya, termasuk nada dan irama. Peserta didik jenis ini cenderung
senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah. Mereka juga lebih mudah
mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan
musik.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan
interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan
orang lain, mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain
sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan disekelilingnya. Kecerdasan
semacam ini juga sering disebut kecerdasan sosial.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan
intrapersonal yaitu kemampuan sesorang untuk peka terhadap perasaan dirinya
sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan
yang ada pada dirinya sendiri, dan dapat membangun persepsi yang akurat tentang
diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan
mengarahkan orang.
8. Kecerdasan Naturalis (Naturalist)
Kecerdasan
naturalis menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam.
Peserta didik dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi
lingkungan alam.
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan
eksistensial pada tahun 1999, kecerdasan ini memiliki ciri-ciri yaitu cenderung
mempertanyakan segala seuatu tentang keberadaan manusia, arti kehidupan mengapa
manusia mengalami kematian, dan realitas yang dihadapi.
D.
poin-poin kunci dan Tabel Teori multiple intellegences.
Dalam
konsep teori multiple intelligences,
penting untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Setiap
orang memiliki kedelapan kecerdasan, hanya saja profil tiap orang mungkin
berbeda. Ada yang tinggi pada semua jenis kecerdasan ada pula yang hanya
rata-rata dan tinggi pada dua atau tiga jenis kecerdasan.
2. Orang
dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang
memadai; kecerdasan dapat distimulasi, dikembangkan pada batas tertinggi
melalui pengayaan, dukungan yang baik, dan pengajaran.
3. Kecerdasan-kecerdasan
umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks. Dalam aktivitas
sehari-hari, kecerdasan saling berkaitan dalam satu rangkaian.
4. Ada
banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori.